KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ISLAM
Oleh:
Abdul Mu’id, M.Pd.I
Dalam realitas sejarah,
madrasah tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat islam itu
sendiri. Sehingga sejak awal, madrasah merupakan konsep
Madrasah
sebagai salah satu bagian sistem pendidikan Nasional tentu memerlukan perhatian
dan pengelolaan secara serius. Karena itu, kepemimpinan madrasah ke depan
dengan perubahan masyarakat yang semakin cepat dan terbuka menuntut kemampuan
yang lebih kreatif, inovatif dan dinamis.
Pemimpin mempunyai tanggung
jawab yang berat. Mengingat perannya yang sangat besar, keuletannya serta
kewibawaannya dalam membuat langkah-langkah baru sebagai jawaban dari kebutuhan
masyarakat terutama saat pandemic
ini.
Menjadi
seorang pemimpin pendidikan, tidak saja dituntut untuk menguasai teori
kepemimpinan, akan tetapi ia juga harus terampil dalam menerapkan situasi
praktis di lapangan kerja dan etos kerja yang tinggi untuk membawa lembaga
pendidikan yang dipimpinnya. Idealnya, jika pemimpin pendidikan disamping
memiliki bekal kepemimpinan dari teori dan pengakuan resmi yang bersifat
ekstern, tetapi juga pembawaan petensial yang dibawa sejak lahir sebagai
anugerah dari Yang Maha Kuasa.
Besar
kecilnya peranan yang dilakukan seorang pemimpin banyak ditentukan kepada apa
dan siapa dia, dan siapa yang dipimpinnya, kekuasaan (otoritas) apa yang
dimiliki dan perangkat mana yang ia perankan sebagai pemimpin baik itu formal
maupun non formal. Akan tetapi kesemuanya berperan dalam membimbing, menuntun,
mendorong, dan memberikan motivasi kepada mereka yang dipimpin untuk mencapai
tujuan yang dicita-citakan.
Pemimpin
pendidikan dalam hal ini adalah kepala madrasah sebagai orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan,
harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja
personal.
Seorang pemimpin juga harus mampu menciptakan
iklim dan suasana yang kondusif, aman, nyaman, tentram, menyenangkan, dan penuh
semangat dalam bekerja bagi para pekerja dan para pelajar. Sehingga pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran dapat berjalan tertib dan lancar dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
Pendidikan
apabila dipahami dari segi agama memiliki nilai yang sangat strategis.
Sebagaimana ketika Rasulullah SAW berdakwah mengajarkan wahyu yang pertama kali
turun, beliau berkonsentrasi kepada kemampuan baca tulis, hal ini sebagaimana
terdapat dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Ayat tersebut mengandung ajakan bahwa menjadi manusia itu harus mengerti,
cerdas dan mempunyai wawasan masa depan, sehingga mereka akan terbebas dari
segala bentuk penindasan, perbudakan, dan pembodohan yang sifatnya dapat
merusak kehormatan manusia.
Berdasarkan
doktrin inilah yang kemudian mengilhami para pemimpin untuk mampu menjadi
pemimpin yang disegani dan diharapkan banyak orang dalam menegakkan syariat
Islam.
Agar
tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan pemimpin yang
mengerti akan komitmen yang menjadi tujuan tersebut. Karena pendidikan
mengandung nilai-nilai yang besar dalam kehidupan manusia baik di dunia maupun
di akherat yaitu nilai-nilai ideal Islam.
Disamping
itu, pemimpin pendidikan harus berwawasan masa depan yaitu mengantisipasi
perubahan yang ada, tidak hanya dalam pendidikan saja tetapi juga perkembangan
ilmu pengetahuan teknologi.
Peningkatan
kualitas pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah untuk diwujudkan. Karena
banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya yang tanpa ada usaha utnuk
meperhatikan dan mencari solusi, maka usaha peningkatan kualitas pendidikan
mustahil akan terwujud.
Realitanya,
banyak lembaga pendidikan yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik
dan ada pula yang mengalami kemandekan dan bahkan tinggal menunggu
kehancurannya. Adapun salah satu faktor penyebabnya adalah terletak pada
kompetensi dan kepemimpinan kepala madrasah dalam mengelola madrasah.
Apabila
seorang kepala madrasah tidak bisa mengatur, mempengaruhi, mengajak anggotanya
untuk meraih tujuan pendidikan, gagap memanfaatkan peluang yang ada, dan
cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang sekedar melaksanakan tugas rutin,
maka jangan diharapkan kualitas pendidikan akan mengalami peningkatan.
Sebaliknya, jika seorang kepala madrasah tersebut memiliki potensi yang cukup
baik, maka ia akan cenderung untuk terus meningkatkan organisasi pendidikan di
lembaga yang dipimpinnya. Sehingga dengan sendirinya kualitas pendidikan ikut
meningkat.
Kepala
sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan
secara utuh dan berorientasi kepada manajemen pendidikan secara utuh dan
berorientasi kepada mutu. Startegi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu
(MMT) atau Total Quality Manajement (TQM).
Strategi
ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki
kualitas layanan, sehingga fokusnya di arahkan ke pelanggan dalam hal ini
peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan,
pemerintah dan masyarakat.
Pengembangan
profesionalisme kepala sekolah merupakan tugas dan wewenang para pengawas yang
berada di bawah dan tanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan
Nasional. Menurut
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118 tahun 1996,
tanggung jawab Pengawas Sekolah adalah:
a. Melaksanakan pengawasan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan
b. Meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar, serta bimbingan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan
Syarat-syarat
Kepribadian Pemimpin Lembaga
Pendidikan
Terkait
dengan prasyarat pemimpin lembaga pendidikan (kepala madrasah), A. Ghozali dalam buku
"Administrasi Sekolah" menyebutkan bahwa kepemimpinan kepala madrasah
harus memiliki kemampuan yang berhubungan dengan administrasi madrasah yang
meliputi:
a. Kemampuan dalam bidang
teknis pendidikan dan pengajaran
b. Kemampuan dalam bidang tata
usaha sekolah
c. Kemampuan dalam
pengorganisasian
d. Kemampuan dalam
perencanaan. Berbagai pelaksanaan, dan pengawasan.
e. Kemampuan dalam bidang
pengelolaan keuangan
Sebagai seseorang
pemimpin, kepala madrasah dituntut untuk memiliki
kelebihan-kelebihan daripada orang yang dipimpinnya. Oleh karena
pemimpin lembaga pendidikan nantinya selalu
berhadapan dengan orang lain dalam konteks sosial, maka ia harus memiliki
syarat kepribadian tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagaimana
yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi di bawah ini:
a. Memiliki kecerdasan atau
intelegensi yang cukup baik
b. Percaya diri sendiri dan
bersifat membership
c. Cakap bergaul dan ramah
tamah
d. Kreatif, penuh inisiatif
dan memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik
e. Organisatoris yang
berpengaruh dan berwibawa
f. Memiliki keahlian atau
keterampilan di dalam bidangnya.
g. Suka menolong, memberi
petunjuk dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana.
h. Memiliki keseimbangan
/kestabilan emosional dan bersifat sabar
i. Memiliki semangat
pengabdian dan kesetiaan yang tinggi
j. Berani mengambil keputusan
dan bertanggungjawab
k. Jujur, rendah hati,
sederhana dan dapat dipercaya
l. Bijaksana dan berlaku adil
m. Disiplin
n. Berpengetahuan dan
berpandangan luas
o. Sehat jasmani dan rohani.
Agar
lebih jelas akan penulis uraikan satu persatu dari persyaratan kepribadian
pemimpin pendidikan sebagaimana tersebut
diatas, sebagai berikut:
a. Memiliki kecerdasan atau
intelegensi yang baik
Seseorang
pemimpin harus mampu menganalisa masalah yang dihadapi organisasinya. Kemampuan
itu memungkinkan pemimpin mengarahkan pemikiran anggotanya dalam menyusun
perencanaan dan menetapkan keputusan yang tepat dalam mewujudkan beban tugas
organisasinya. Disamping itu, pemimpin pendidikan harus mampu membantu anggota
kelompoknya mengatasi kesulitan yang timbul. Sehingga selalu dibutuhkan
kelompoknya bilamana menghadapi masalah.
b. Percaya diri sendiri dan
bersifat membership
Seorang
pemimpin harus selalu yakin bahwa dengan kemampuan yang dimilikinya, setiap
beban kerjanya akan dapat diwujudkan. Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki
itu tidak berarti seorang pemimpin harus bekerja sendiri. Akan tetapi pemimpin
harus mampu menjalin kerjasama dengan orang lain didalam kelompoknya.
menyakinkan anggota kelompoknya mengenai keputusannya adalah sesuatu yang
terbaik untuk dilaksanakan, dengan berpegang kepada prinsip mengutamakan
kepentingan kelompok dan dengan berlandaskan pada kebenaran.
c. Cakap bergaul dan ramah
tamah
Pemimpin
yang memiliki kemampuan bergaul akan mampu pula menghayati dan memahami sikap,
tingkah laku, kebutuhan , kekecewaan yang timbul, harapan-harapan dan
tuntutan-tuntutan anggota kelompoknya.Yang mana hal tersebut harus dibina
melalui sikap yang ramah dan hormat menghormati dengan anggota
kelompok walaupun kedudukannya sekedar seorang pesuruh.
d. Kreatif, penuh inisiatif
dan memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik.
Seorang pemimpin harus mampu
memprakarsai suatu kegiatan secara kreatif. Selalu terdorong untuk memunculkan
inisiatif baru dalam rangka mewujudkan beban kerja, sebagai pencerminan kemauannya
untuk bekerja secara efektif.
e. Organisatoris yang berpengaruh dan
berwibawa.
Seorang
pemimpin harus mampu mengelola kerjasama sekelompok manusia sebagai suatu
organisasi, dalam pembagian suatu kerja dan penempatan personal secara tepat
dan berdaya guna serta memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain dalam
hubungan manusiawi yang diliputi situasi kewibawaan.
f. Memiliki keahlian atau ketrampilan dalam
bidangnya.
Pemimpin yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang cukup di bidangnya, akan mampu melihat ke depan
dalam meningkatkan perkembangan organisasi/lembaga yang dipimpinnya.
g. Suka menolong, memberi petunjuk dapat menghukum
secara konsekuen dan bijaksana
Seorang
pemimpin harus selalu berusaha membantu orang-orang yang dipimpinnya apabila
menghadapi kesulitan, baik itu dalam bidang kerja maupun pribadi. Disamping itu pemimpin
harus bersifat tegas dan konsekuen dalam mengatasi kekeliruan, kesalahan dan
penyalahgunaan wewenang dari kalangan anggotanya.
h. Memiliki keseimbangan/kestabilan emosional dan bersifat sabar
Seorang
pemimpin harus mampu mengendalikan emosinya dan selalu menggunakan pemikiran yang rasional dan
logis dalam menghadapi masalah dan dalam mengambil keputusan, Untuk itu seorang
pemimpin harus bersifat sabar, teliti dan hati-hati dalam memutuskan
tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan.
i. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi
Pemimpin
yang baik adalah yang selalu setia pada cita-cita organisasi yang
dipimpinnya.Pengabdian lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.Sehingga
tampak kesediaan berkorban dalam tingkah lakunya demi kepentingan
organisasinya.
j. Berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab.
Seorang
pemimpin harus berani dalam mengambil keputusan sehingga kegiatan tidak
tertunda-tunda dan setiap personal dapat mewujudkannya dengan cara dan waktu
yang tepat. Disamping itu, pemimpin dituntut mampu bertanggungjawab atas segala
akibat dari keputusan yang telah dibuatnya.
k. Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya.
Kejujuran, rendah hati, sederhana
dan dapat dipercaya harus menjiwai dan tercermin dalam setiap gerak dan tingkah
laku yang wajar.
l. Bijaksana dan selalu berlaku adil.
Seorang
pemimpin harus bijaksana dan adil dalam membagi pekerjaan dan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
berkenaan dengan perorangan atau kelompok-kelompok kecil di dalam organisasi.
Dengan kata lain, seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan secara wajar
dan tepat walaupun berbeda antara satu dengan yang lainnya.
m. Disiplin
Seorang
pemimpin harus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menegakkan disiplin kerja,
disiplin waktu dan dalam mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di
dalam organisasi yang dipimpinnya.
n. Berpengetahuan dan
berpandangan luas.
Seorang
pemimpin harus selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan bidang kerjanya agar
mampu memenuhi tuntutan masyarakat dan kemajuan teknologi. Disamping itu
seorang pemimpin juga harus mampu melihat hubungan bidang tugasnya dengan
bidang-bidang lain yang mempengaruhinya. Dengan demikian pengetahuannya akan
bertambah luas.
o. Sehat jasmani dan rohani.
Kesehatan jasmani
dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap perwujudan kepemimpinan yang
efektif. Yang mana hal tersebut memungkinkan seorang pemimpin mengikuti,
mengembangkan dan mengawasi berbagai kegiatan organisasi dan orang-orang yang
dipimpinnya secara tepat, cepat dan bijaksana.
Sedangkan
menurut Burhanuddin, syarat-syarat kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin adalah :
a. Personality, yang mana melalui
sifat-sifat kepribadian tersebut, seseorang dapat memperoleh pengakuan dari
orang lain sekaligus menjadi penentu bagi kepemimpinannya.
b. Purposes, yaitu seorang Kepala
Madrasah harus benar-benar memahami tujuan pendidikan itu sendiri secara jelas.
c. Knowledge, yaitu suatu kelompok akan
menaruh kepercayaan pada sang pemimpin, apabila mereka menyadari bahwa otoritas
kepemimpinannya dilengkapi dengan skop pengetahuan yang luas dan mampu
memberikan keputusan yang mantap.
d. Profesional skill, yaitu Kepala Madrasah
harus memiliki ketrampilan-ketrampilan profesional yang efektif dalam
fungsi-fungsi administrasi pendidikan.
Bila
semua prasyarat kepribadian sebagaimana tersebut di atas dimiliki oleh seorang
pemimpin, maka ia akan dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Oleh
karena itu, setiap pemimpin pendidikan hendaknya berusaha memiliki sifat-sifat
kepribadian tersebut.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kepemimpinan Pendidikan
Dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya, seseorang yang menduduki profesi sebagai
pemimpin pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mewarnai pola
kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendyat Soetopo dan
Wasty Soemanto, sebagai berikut:
a. Faktor-faktor legal yang
berpengaruh dalam kependidikan.
b. Kondisi sosial ekonomi dan
konsep-konsep pendidikan sebagai pengaruh dalam kepemimpinan.
c. Hakekat dan atau ciri
sekolah sebagai pengaruh kepemimpinan.
d. Kepribadian pemimpin
pandidikan dan latihan-latihan sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
e. Perubahan-perubahan yang
terjadi dalam teori pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
Disamping
itu pula, M. Ngalim Purwanto juga mengemukakan adanya faktor-faktor yang pada
umumnya sangat dominan mempengaruhi perilaku seorang pemimpin,
di antaranya:
a. Keahlian dan kemampuan yang
dimiliki oleh pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya.
b. Jenis pekerjaan atau
lembaga tempat pemimpin itu melaksakan tugas jabatannya.
c. Sifat-sifat kepribadian
pemimpin.
d. Sifat-sifat kepribadian
pengikut atau kelompok yang dipimpinnya.
e. Sangsi-sangsi yang ada di
tangan pemimpin.
Untuk
lebih jelasnya, akan penulis uraikan satu-persatu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan pendidikan, sebagai berikut:
a. Keahlian dan Pengetahuan
yang dimiliki oleh pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya
Yang
termasuk dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan atau ijasah yang
dimiliki, apakah sudah sesuai dengan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi
tanggung jawabnya; pengalaman kerja sebagai pemimpin, apakah sudah mendorong
dia untuk berusaha memperbaiki dan mengembangkan kecakapan dan ketrampilannya
dalam memimpin.
Seorang
pemimpin yang ideal tidak akan merasa puas hanya dengan mengandalkan latar
belakang pandidikan dan pengalamannya saja, tanpa selalu berusaha mengembangkan
diri dengan menambah pengetahuan.
b. Jenis pekerjaan atau
lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya
Tiap
organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki tujuan yang berbeda dan
menuntut cara pencapaian tujuan yang tidak sama. Seorang yang sedang memimpin
anak buah kapal yang sedang tenggelam, tidak akan sama dengan perilaku dan
sikap guru yang sedang memimpin diskusi dalam kelas. Oleh karena itu, tiap
jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan yang berbeda pula.
c. Sifat-sifat kepribadian
pemimpin
Secara
psikologis, manusia mempunyai sifat, watak dan kepribadian yang berbeda-beda.
Ada yang selalu dapat bersikap dan bertindak keras dan tegas, tetapi adapula
yang lemah dan kurang berani. Dengan adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki
oleh masing-masing pemimpin, meskipun beberapa dari mereka memiliki latar
belakang pendidikan sama dan diserahi tugas memimpin lembaga yang sejenis,
tetapi karena adanya perbedaan kepribadian diantara mereka, maka akan timbul
pula perilaku dan sikap yang berbeda dalam menjalankan kepemimpinannya.
d. Sifat-sifat kepribadian
pengikut atau kelompok yang dipimpinnya
Perbedaan
sifat-sifat individu dan sifat-sifat kelompok sebagai anak buah atau pengikut
seorang pemimpin akan mempengaruhi bagaimana seyogyanya perilaku dan sikap
pemimpin itu dalam menjalankan kepemimpinannya. Tentang sifat-sifat
kepengikutan, Ngalim Purwanto mengemukakan ada lima macam kepengikutan, yaitu:
1) Kepengikutan karena naluri
dan nafsu
2) Kepengikutan karena tradisi
dan adat
3) Kepengikutan karena agama
dan budi nurani
4) Kepengikutan karena
peraturan hukum
Agar
para anggota kelompok dapat mematuhi dan mentaati perintah serta menjalankan
tugasnya dengan ikhlas dan sabar serta tidak merasa tertekan, maka sangat
penting bagi seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya untuk
mengetahui dan mempelajari sifat atau tipe kepengikutannya yang ada pada
anggota kelompoknya.
e. Sangsi-sangsi yang ada di
tangan pemimpin.
Kekuatan-kekuatan
yang ada dibelakang pemimpin menentukan sikap dan tingkah lakunya. Sikap atau
reaksi anggota kelompok dari seorang pemimpin yang mempunyai wewenang penuh
akan lain jika dibandingkan dengan seorang pemimpin yang kurang atau tidak
berwenang. Seorang guru yang baru dibentuk sebagai pejabat pimpinan Madrasah
akan bertindak dan berperilaku lain dengan seorang Kepala Madrasah yang telah
resmi diangkat dengan surat keputusan dari atasan. Hal ini dapat dikatakan
bahwa tinggi rendahnya tingkat kekuasaan dan atau perangkat perundang-undangan
menentukan tinggi rendahnya kekuatan atau sangsi seorang pemimpin yang diangkat
oleh penguasa atau berdasarkan perundangan tersebut.
Kepala Madrasah dalam
Peningkatan Produktivitas Sekolah
Disetiap
organisasi posisi dan peran pimpinan selalu sangat sentral. Maju dan mundurnya
organisasi sangat tergantung pada sejauh mana pimpinan mampu berimajinasi
memajukan organisasinya. Demikian pula dalam konteks madrsah sebagai
organisasi, maka posisi kepala madrasah juga sangat dalam memajukan lembaga
yang dipimpinnya.
Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, jajaran pimpinan pada dinas pendidikan termasuk
kepala sekolah/madrasah memiliki gaya kepemimpinan masing-masing, yang sangat
mempengaruhi kinerja para tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya
masing-masing. Kegagalan dan keberhasilan banyak ditentukan oleh kepala
sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang
hendak ditempuh oleh sekolah menuju tujuannya.
Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian bahwa:
Arah yang hendak ditempuh
oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan
pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang tersedia. Arah yang dimaksud
tertuang dalam startegi dan taktik yang disusun dan di jalankan oleh organisasi
yang bersangkutan. Perumus dan penentu strategi dan taktik tersebut adalah
pimpinan dalam organisasi tersebut.[34]
Banyak
hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam setiap
organisasi merupakan faktor yang berhubungan dengan produktivitas organisasi
dan efektivitas organisasi.
Sutermeister
mengemukakan "Ada beberapa faktor determinan terhadap produktivitas kerja
antara lain leadership climate, type of leadership, dan leaders dari 33 faktor
lain yang berpengaruh".
Di
samping itu, Sagir mengemukakan enam faktor yang turut menentukan tingkat
produktivitas, yaitu: "pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja,
derajat kesehatan dan tingkat upah minimal". Keenam faktor tersebut yang
mendukung produktivitas tenaga kependidikan, secara eksplisit dalam iklim kerja
diuaraikan pentingnya kepemimpinan kepala sekolah.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa gaya kepemimpinan kepala
sekolah berpengaruh terhadap kinerja tenaga kependidikan di sekolah untuk
meningkatkan produktivitas kerja demi tercapainya tujuan dan mewujudkan visi
menjadi aksi.
Dalam
kaitannya dengan peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan, perlu dipahami bahwa setiap kepala sekolah bertanggung jawab
mengarahkan apa yang baik bagi tenaga kependidikan dan dia sendiri harus
berbuat baik. Kepala sekolah juga harus menjadi contoh, sabar dan pengertian.
Upaya-upaya
Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Masyarakat
senantiasa mendambakan suatu lemabaga pendidikan yang berkualitas.
Tantangan-tantangan pengembangan lembaga yang senakin kompleks membutuhkan
jawaban komprehensif sesuai dengan kebutuhan.[42] Untuk
dapat menjawab tantangan dan mampu merespon kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi diperlukan perombakan sistem yang mendasar dalam suatu lemabaga
pendidikan, yaitu diperlukan suatu perencanaan terpadu dan menyeluruh untuk
mengadaptasikan tujuan lembaga dengan kebutuhan masyarakat, serta diperlukan
adanya keterbukaan wawasan dan keberanian dalam memecahkan totalitas masalah.
Dan ini diperlukan keterpaduan dan kejelasan antara cita-cita dan operasi,
pemberdayaan dan reorientasi sistem, inovasi dalam manajemen serta peningkatan
sumber daya manusia
Pendidikan, dari segi kehidupan
kultur umat manusia tidak lain adalah sebagai salah satu alat pembudayaan masyarakat
manusia itu sendiri. Sebagai suatu alat pendidikan dapat difungsikan untuk
mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan hidup manusia. Sebagai makhluk pribadi
dan juga makhluk sosial kepada titik optimal kemampuan untuk memperoleh
kesejahteraan hidup dunia maupun akhirat. Untuk itulah maka pendidikan harus
benar-benar memiliki kualitas bagi manusia.
Adapun hal-hal yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan antara lain:
a. Peningkatan Profesionalisme
Guru
Untuk
meningkatkan profesionalisme guru dalam pendidikan agama, perlu ditingkatkan
melalui cara-cara antara lain:
1) Mengikuti Penataran
2) Mengikuti Kursus-kursus
Kependidikan
3) Memperbanyak Membaca
Menjadi
guru yang profesional tidak hanya menguasai atau berpedoman hanya pada satu
atau beberapa buku. Akan tetapi, sebagai guru pofesional harus
banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan
disampaikan.
4) Mengadakan Kunjungan ke
Sekolah lain
Adalah
hal yang sangat penting bagi seorang guru mengadakan kunjungan ke sekolah lain.
Dalam hal ini bias dilakukan dengan melakukan studi banding, bertukar pikiran
dan bertukar informasi sehingga akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang
dimilikinya.